Wana Wisata Gubug Payung Kabupaten Blora |
Blora,-
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blora saat ini sedang gencar-gencarnya
membangun potensi wisata daerah, dan salah
satu adalah wisata Gubug Payung yang menjadi prioritas, terlebih tidak lama
lagi akan dibangun bandara udara di Ngloram, Kecamatan Cepu.
Keberadaan bandara dan potensi wisata di Blora
diharapkan dapat menimbulkan multiplier effect bagi kemajuan roda perekonomian
warga Blora.
Wakil Bupati Blora, H. Arief Rohman, M.Si melakukan
peninjauan langsung terhadap lokasi wisata Gubug Payung di Desa Temengeng, Kecamatan
Sambong, Senin (08/10/2018) lalu.
Peninjauan ini sebagai upaya untuk reaktivasi objek
wisata Gubug Payung milik Perhutani KPH Cepu yang sudah bertahun-tahun tanpa
aktivitas dan mangkrak.
Dahulu, kawasan wisata Gubug Payung bernuansa asri
dan sejuk, jauh dari keramaian dan kesibukan manusia. Sangat pas untuk
berpelesir menenangkan diri.
Bahkan saat itu pengunjung dapat menikmati
perjalanan dengan kereta tua dari Heritage Loco Tour di Perhutani KPH Cepu
hingga Gubug Payung yang berjarak sekitar 26 km.
Namun saat ini, sudah tidak ada lagi aktivitas di
kawasan Gubug Payung. Bahkan beberapa titik di Gubung Payung sudah rusak dan
penuh dengan coretan.
Kondisi ini diperparah dengan Loco Tour yang sudah
tidak beroperasi lagi sejak terakhir pada tahun 2000 yang lalu.
Arief Rohman menyatakan bahwa untuk reaktivasi ini,
pihaknya akan berupaya menggandeng Perhutani dan PT. KAI.
“Kita akan gandeng Perhutani dan PT. KAI untuk
mengaktifkan kembali objek wisata Gubug Payung ini. Perkiraan biaya yang
dibutuhkan sebesar 30M. Untuk mengelola kawasan Gubug Payung, membenahi Loco Tour
sekaligus relnya,” ujarnya.
Lanjut Wabup, Kita ingin nanti setelah Bandara
Ngloram terbangun, objek wisata Gubug Payung dan Loco Tour sudah dapat
beroperasi kembali, sehingga nanti para pengunjung setelah turun dari pesawat
di Ngloram, sedapat mungkin menuju lokasi wisata di Kabupaten Blora.
“Wisatawan dapat kita arahkan untuk naik Loco Tour
dari Cepu sampai Gubug Payung sambil menikmati hutan jati yang eksotis,”
lanjutnya.
Kawasan Gubug Payung pernah mencatat sejarah di
dunia perkayuan jati pada Agustus 2007 dengan rekor MURI jati terbesar, yaitu berdiameter
3 meter, tinggi 25 meter dan termahal di dunia, dengan harga satu miliar rupiah
untuk satu batang tegakan, dengan perkiraan usia 150-200 tahun.
Perlu diketahui, pada kunjungan kali ini, Arief
Rohman didampingi oleh Camat Sambong Retno Kusumowati, S.Sos., M.Si., dan Adm
KPH Cepu Agus Yulianto. (Agung/Red)
0 komentar:
Post a Comment