REMBANG - Menjelang pergantian tahun baru Jum’at 31 Desember 2022 Perhutani KPH Mantingan perketat pengawasan dan melakukan petroli secara serempak pada jam rawan. Hal ini untuk mencegah para pelaku illegal logging memanfaatkan momentum pergantian tahun dalam melakukan aksinya.
Usai melakukan kunjungan kerja di petak-petak tanaman muda BKPH Kebon Administratur KPH Mantingan Marsaid melalui Waka Administratur Dwi Anggoro Kasih yang didampingi Kepala Seksi PBB Kriswantoro menjelaskan kepada awak media bahwa dimalam pergantian tahun 2021 ke 2022 Perhutani melakukan patroli secara preventif dengan buser dan juga Dalmas dari Polres blora yang di tempatkan di Bagian Kesatuan Hutan kalinanas Blora. Walaupun ada hiruk pikuk dalam pergantian tahun tetap lakukan Patroli.
"Sampai dengan bulan Nopember 2021 tercatat pohon yang hilang 541 dengan nilai kerugian bila diuangkan mencapai Rp. 196.335.000. dibandingkan dengan dengan tahun 2020 dengan bulan yang sama data kehilangan pohon tercatat 645 dan nilai kerugiannya mencapai Rp.314.713.000, Jadi tahun ini nilai kerugian pohon hilang kita berkurang 104 pohon dan bila diuangkan sekitar Rp. 118.378.00,” ungkap Anggoro.
Hal yang paling mendasar kita patroli dijam-jam rawan dan jalan-jalan tikus untuk mencagah pelaku ilog dalam masuk kawasan hutan di petak-petak rawan.
"Kita juga sudah berkoordinasi dengan KPH Tetangga untuk memonitor perbatasan masuk kewilayah masing-masing," jelasnya.
Lanjut Anggoro, bila ada rombongan mencurigakan untuk segera melapor posko terdekat dan juga komandan lapangan Asper setempat untuk mengambil tindakan pengawasan.
"Dengan adanya pengawasan yang ketat diharapkan malam pergantian tahun tidak ada gangguan keamanan kawasan hutan negara. Pergantian tahun berjalan lancar keamanan hutanpun jadi nyaman," pungkasnya.
Pada kesempatan itu Kepala Seksi PBB Kriswantoro juga menjelaskan bahwa
hutan tetap menjadi tumpuhan kehidupan masyarakat, untuk itu lingkungan kawasan hutan negara harus tetap lestari.
"Biar masyarakat jadi sejahtera dan pasokan oksigen kepada dunia masih tetap ada. Oleh karena tiada hutan tiada kehidupan," sambung Kriswantoro menutup pembicaraan. (Sigit/DNR/Red)
0 komentar:
Post a Comment